Setiap manusia modern saat ini selalu membawa senjata yang sangat sakti. Senjata itu dapat digunakan kapan saja, di mana saja dan dalam situasi apa saja. Hebatnya senjata itu bukan hanya untuk keperluan bertarung, mempertahankan diri atau menyerang musuh. Senjata itu dapat digunakan untuk keperluan mencukupi kebutuhan hidup, mencari pekerjaan, mencari jabatan, mencari pasangan hidup lengkap satu paket dengan senjata untuk mencari kekayaan. Senjata itu adalah pikiran dan keterampilan manusia itu sendiri.
Dahulu Ada 2 kategori senjata yang biasa digunakan oleh orang Indonesia, yaitu 1) senjata pusaka seperti keris, tumbak, trisula dan sebagainya. Ini biasanya digunakan oleh para pemimpin pasukan, prajurit atau raja zaman dulu. Dan tidak mustahil sampai sekarangpun masih banyak yang menggunakannya.Bahkan para pejabat mendapatkan senjata pusaka ini dengan harga yang amat mahal dari ratusan juta hingga milyaran rupiah.
Yang ke-2) adalah Sabit, golok, oril, dsb. Senjata itu biasanya digunakan oleh para punakawan, rakyat jelata dan digunakan untuk aneka kebutuhan mulai dari mencari kayu, mengolah hasil tani, sampai juga untuk berkelahi, perang dan mempertahankan diri. Senjata ini sampai saat ini masih digunakan oleh rakyat jelata. Dan harganya murah sekitar 40 ribu s.d 70 ribu saja.
Jika pikiran dan keterampilan yang kita miliki ini sebagai senjata, maka senjata mana yang akan anda pilih untuk digunakan?
Tidak ada yang salah dengan jawaban anda semua. Semuanya tentu mempunyai argumentasi masing-masing sesuai khasanah hati dan pikiran masing-masing.
Kalau pilihan saya (setelah melakukan pertapaan dan puasa ngebleng…hehe..) bingung nggak dapat wangsit mau pilih yang mana. Tapi berdasarkan perenungan kayaknya kita lebih baik memilih sabit saja sebagai senjata di zaman modern ini. Kenapa begitu?
Sabit mudah didapatkan di mana saja tanpa memerlukan ritual khusus, dan juga tanpa memerlukan biaya mahal. Sabit bisa digunakan oleh siapa saja tanpa memandang status maupun pekerjaan. Sabit dapat digunakan untuk apa saja tanpa pilih-pilih pekerjaan, mulai dari mengolah sawah dan hasil panen untuk kesejahteraan keluarga serta masyarakat sampai untuk bela negara jika memang diperlukan. Sabit tidak gengsi jika harus ditaruh di kandang. Sabit tidak butuh dipuja setiap malam jumat kliwon. Sabit dapat digunakan dalam segala situasi, dalam keadaan damai oke banyak dibutuhkan juga dalam keadaan perang juga oke untuk digunakan.
Tidak begitu halnya dengan keris. Senjata ini diakui sebagai senjata sakti, sehingga ketika akan menggunakannya harus memakai ritual khusus paling tidak memakai matera-mantera, bahkan disembah-sembah dulu. Keris tidak bisa digunakan sembarangan untuk mencari rumput atau mengupas ketela. Keris harus digunakan pada hal-hal yang sangat penting seperti perang mempertahakankan negara, atau paling tidak untuk pegangan sang penguasa dalam memimpin negara. Namun sebenarnya kapan keris itu bener-bener digunakan? Pada era modern ini hampir dipastikan keris akan sangat jarang digunakan. Mungkin para pemilik keris belum pernah sekalipun menggunakannya selama hidupnya. Dengan kata lain jauh dari manfaat, tidak sebanding dengan harganya yang amat mahal atau posisinya yang dipuja-puja.
Begitu pula halnya saya lebih memilih pikiran dan keterampilan saya akan saya gunakan sebagaimana sabit. Saya tidak harus menunggu jadi pejabat, bupati, menteri atau bahkan presiden untuk menggunakan pikiran dan keterampilan saya dalam membangun negeri ini. Apapun posisi saat ini akan saya gunakan pikiran dan keterampilan yang aku miliki untuk berkontribusi positip dalam membangun negeri ini. Walau itu kecil, walau itu sedikit atau bahkan itu tidak berarti apa-apa bagi orang lain. Yang paling penting di sini kita memiliki manfaat nyata dalam hidup ini. Syukur bisa bermanfaat untuk orang lain, kalau tidak yang penting bermanfaat untuk diri sendiri.
Untuk bisa menggunakan pikiran dan keterampilan yang saya miliki juga tidak harus menunggu saya bersekolah mahal, kemudian memiliki gelar yang banyak. Tanpa gelar, atau bahkan tidak tamat sarjana sekalipun kalau pikiran dan keterampilan yang kita miliki digunakan secara optimal pasti bisa menggerakkan roda kemajuan negeri ini walau sedikit. tetapi kalau semua orang melakukan gerakan yang sama pasti roda kemajuan akan bergerak lebih cepat lagi.
Saya juga tidak akan tersinggung jika pikiran dan keterampilan yang saya miliki akhirnya tidak dianggap ada dan kemudian disimpan di belakang kandang. Karena yang paling penting adalah ternak dan orang-orang di sekitar kandang merasakan kemanfaatan atas keberadaan kita di sana. Lebih baik pikiran dan keterampilan kita gunakan saat ini juga untuk kemaslahatan umat, tidak perlu menunggu besok menjadi pejabat negara. Karena toh besok ketika beneran menjadi pejabat pikiran dan keterampilan kita jarang bisa digunakan lagi. Gak mungkin seorang Bupati melakukan sendiri service HP, membatik, membuat dawet ayu dan sebagainya. Tidak mungkin seorang pemimpin negera berfikir sendiri untuk mengatur negeri ini. Ada menteri, ada legislatif dan staf ahli yang harus diajak berunding.
PESAN:
Jadilah sabit yang dapat bermanfaat untuk semua orang tanpa melihat jabatan siempunya. Jadilah sabit yang dapat digunakan saat ini, nanti maupun masa yang akan datang. Jadilah sabit yang dapat digunakan untuk kesejahteraan umat manusia, tanpa harus dipuja-puja…….
Filed under: Artikel, Berita | 1 Comment »