• Anda Pengunjung ke

    • 1.628.423 hits
  • On line bersama anda

  • Agenda


  • This website is worth
    What is your website worth?
  • Tulisan terpopuler hari ini

  • RSS BERITA EDUKASI

    • Sebuah galat telah terjadi; umpan tersebut kemungkinan sedang anjlok. Coba lagi nanti.
  • ARSIP

  • Komentar terakhir

    Sirojudin Mutawali pada Pembelajaran konvensional bany…
    Muhammad Syarif pada Tips Menjadi Fasilitator yang…
    Silvi pada Apa sih Matematika itu?
    Silvi pada Apa sih Matematika itu?
    Penerapan Model Peme… pada Pengertian Cooperative Learnin…
  • Asal Pengunjung

    free counters
  • Technorati

    Add to Technorati Favorites
  • Webmaster

  • My Ping in TotalPing.com

Pelatihan MBS untuk Guru SMP


Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa setiap sekolah wajib menyelenggarakan pengelolaan sekolah berdasarkan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah). Dalam penyeleneggaraan MBS setiap sekolah wajib melaksanakan 3 pilar utama dalam MBS, yaitu: 1) Manajemen sekolah yang transparan, partisipati dan akuntabel  2) Pelaksanaan PAKEM (Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan) dan 3) Melibatkan peran serta masyarakat secara optimal.

Khusus pelatihan hari ini teman-teman guru SMP sedang membahas tentang pelaksanaan PAKEM. Dalam melaksanakan PAKEM, guru wajib menguasai 5 hal yaitu yang sering disingkat P I M3, yaitu: Performan, Icebreaker, Materi, Media dan Metode.

Penampilan seorang guru tentu merupakan hal pertama yang akan menentukan keberhasilan proses pembelajaran di kelas. Guru yang menarik, tentu akan menjadi magnet tersendiri bagi para siswa untuk terlibat secara aktif selama pembelajaran. Begitu juga guru yang penampilannya membosankan tentu merupakan penghambat yang luar bisa untuk meraih sukses dalam proses pembelajaran.

KOMUNITAS PEMBELAJARAN (LEARNING COMMUNITY)


Teman pendidik yang berbahagia, berikut saya tuliskan kembali materi pelatihan dari DBE 2 USAID di mana saya juga ikut terlibat dalam proses pelatihan ini. Semoga bermanfaat.

A. Pengertian dan Hakikat Komunitas Pembelajaran

 Senge (1990) mendefinisikan komunitas pembelajaran sebagai;

Sebuah organisasi dimana anggotanya mengembangkan kapasitasnya secara terus menerus untuk mencapai hasil yang diinginkan, mendorong pola berpikir yang baru dan luas, dan terus belajar bagaimana belajar bersama-sama.

Perubahan yang cepat dan mendasar di dalam masyarakat yang berkaitan dengan informasi, teknologi dan pertumbuhan ekonomi mengharuskan kita untuk meninjau kembali pandangan dan bayangan kita mengenai organisasi, termasuk sekolah. Bagi Indonesia, kehadiran otonomi daerah, kurikulum baru (KBK dan sekarang KTSP) serta Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) menambah urgensi perubahan. Perubahan tersebut dapat dimulai dari pengembangan komunitas pembelajaran. Model dan manajemen sekolah semestinya berubah bila Indonesia ingin mengatasi berbagai tantangan yang muncul dan meningkatkan hasil belajar dan kehidupan siswa.

Model manajemen sekolah merupakan keyakinan tentang bagaimana sebuah sekolah bekerja. Seringkali, bagi kebanyakan orang dewasa, mereka mendasarkan ingatan mereka akan saat-saat mereka dahulu bersekolah. Model seperti ini membatasi pengertian kita tentang bagaimana seharusnya sekolah bekerja dalam situasi yang berbeda. Model sekolah yang dikelola oleh stakeholder berbeda secara signifikan karena mereka sangat menentukan kelangsungan manajemen sekolah. Para stakeholder perlu secara kontinyu memikirkan berbagai model, dan mengembangkan gagasan-gagasan mengenai sekolah yang seharusnya.

Inti dari model baru dimana sekolah berfungsi sebagai sebuah komunitas pembelajaran adalah konsep bahwa belajar sepanjang hayat merupakan aktivitas dasar setiap individu dan warga sekolah secara keseluruhan. Sebuah sekolah seyogyanya dapat menjawab secara kreatif dan adaptif perubahan yang terjadi di dunia pendidikan dan di dalam masyarakat. Setiap anggota masyarakat belajar hendaknya dihargai dan memiliki tujuan yang sama untuk mencapai pendidikan yang bermutu. Semua stakeholder perlu bertekad dan terlibat aktif di dalam penemuan dan pemecahan masalah di kelas, pelaksanaan pengajaran dan manajemen sekolah.

Model sekolah sebagai sebuah komunitas pembelajaran akan bermuara pada: Baca lebih lanjut

IMPLEMENTASI MULTIPLE INTELLIGENCES DI SEKOLAH


Pendahuluan

Setiap benda dan makhluk di dunia ini diberikan  potensi dan kemanfaatan yang berbeda-beda oleh Tuhan. Tidak ada sesuatu bendapun yang diciptakan sia-sia oleh Tuhan di dunia ini. Mungkin dulu kita berpikir untuk apa diciptakan kotoran burung, itu hanya akan mengotori dunia saja. Selain tidak enak dipandang, kotoran burung juga menimbulkan bau tidak sedap. Namun sejalan dengan perkembangan penalaran manusia, ternyata kotoran burung banyak sekali manfaatnya. Kotoran burung selain dapat menyuburkan tanaman, ternyata banyak potensi lainnya yang bermanfaat dalam kehidupan. Kotoran burung dapat menjadi media penyebaran tanaman biji-bijian di berbagai penjuru dunia ini. Bahkan kini kotoran burung juga bisa dimanfaatkan untuk masker kecantikan seperti yang sudah lama di kembangkan di negeri Cina.

Menyadari kebesaran Tuhan dari semua ciptaannya tersebut, bagi orang yang bisa berfikir tentu akan segera bisa belajar tentang berbagai hal lain yang lebih besar dan lebih jelas dari sekedar kotoran burung. Dalam kaitannya dengan potensi manusia, tentu kita juga segera bisa menyadari bahwa manusia juga diciptakan dengan segala potensinya. Ada yang berpotensi menjadi ilmuwan, ada juga yang berpotensi menjadi olahragawan. Sebagian yang lain berbakat menjadi musikus, yang lain berbakat jadi politikus, atau ada yang lebih senang matematika sementara ada lebih cocok dengan agama dan sebagainya.

Thomas Amstrong[1] menggambarkan potensi manusia yang beranekaragam tersebut dalam sebuah dongeng yang berjudul In Their Own Way: Discovering and Encouraging Your Child’s Multiple Intelligences (1987).  Diceritakan dalam buku tersebut bahwa dunia digemparkan oleh sebuah kabar bahwa para binatang akan membuat sebuah sekolah unggulan bagi para binatang yang akan memberikan pelajaran berbagai keterampilan yang dimiliki oleh semua binatang. Maka dibuatlah kurikulum yang memuat berbagai kecakapan hidup binatang seperti: terbang, lari, berenang, loncat, memanjat dan menggali. Baca lebih lanjut

Jadi Orang Kreatif, bisakah kita ?


Kreatif adalah pencapaian daya nalar paling tinggi  yang tidak dimiliki oleh setiap orang. Kreatif diyakini hanya dimiliki oleh orang tertentu seperti James Watt, Einstein, Phytagoras, BJ Habibie, dan segelintir orang lainnya. Kreativitas sepertinya hanya bisa dimiliki oleh seseorang jika mendapat bakat sejak lahir atau dengan kata lain orang kreatif adalah sudah kehendak Tuhan. Benarka demikian?

Pelatihan Kreativitas

Kreativitas adalah hasil pencapaian penalaran tingkat tinggi dengan menggabungkan antara fakta  dengan  imajinasi, antara sesuatu yang lazim dengan yang tidak lazim, dan mengasosiasikan sesuatu yang sebenarnya tidak ada korelasinya.

Dilihat dari devinisi kreativitas  di atas, maka untuk memiliki daya nalar yang kreatif  saya meyakini bahwa setiap orang bisa memiliki kemampuan tersebut. Semua orang bisa memiliki imajinasi yang kemudian dihubungkan dengan fakta yang ada. Semua orang juga mengasosiasikan sesuatu yang sebenarnya tidak masuk akal sebagai mana hubungan antara anting-anting dengan HP. Semua orang juga sebenarnya sering memikirkan hal-hal yang tidak lazim seperti bagaimana manusia bisa terbang, atau bisa hidup di dalam air.

Sekarang tinggal bagaimana mengoptimalkan potensi yang sudah dimiliki tersebut untuk menjadi sebuah kenyataan yaitu manusia kreatif. Berikut akan saya berikan tips melatih otak menjadi kreatif. Pelatihan ini bisa dilakukan kapan saja dan dalam acara apa saja, Sebab tidak butuh waktu lama dan tidak memerlukan sesi khusus. Latihan kreativitas ini bisa juga dijadikan sebagai energizer atau ice breaking untuk menghangatkan suasana pelatihan.

Langkah-langkahnya kreativitas adalah sebagai berikut: Baca lebih lanjut

Sekolah Standart Nasional Mengadakan Pelatihan active learning


Bangka Barat, 18-20 Juni 2009

Sesaat setalah pelatihan di depan SMA N 1 Jabus Bangka Barat

Sesaat setalah pelatihan bersama KS, TU, dan Penjaga sekolah di depan SMA N 1 Jabus Bangka Barat

Tahun ini SMA Negeri 1 Jabus, Bangka Barat ditetapkan sebagai Sekolah Standar Nasional (SSN). Sebagai sekolah yang mempunyai predikat berstandar nasional, walaupun berada di daerah tentu harus berusaha untuk berdiri sejajar dengan sekolah-sekolah yang sudah maju di belahan wilayah Indonesia lainnya.

Dalam rangka meningkatkan kemampuan profesional guru dalam mengajar, SMA Negeri 1 Jebus mempelopori untuk mengadakan pelatihan active learning sebagaimana yang dituntut dalam kurikulum tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yaitu kompetensi.

Pelatihan active learning ini mendatangkan fasilitator dari Tim Quantum Development Center (QDC). Kepala SMA Negeri 1 Jabus Bp Iskandar Ahmad mengatakan pelatihan ini sengaja mendatangkan tim dari QDC karena melihat bahwa fasilitasi yang diberikan oleh QDC benar-benar dapat memberikan gambaran nyata tentang bagaimana guru harus berbuat di depan kelas. Model-model pembelajaran aktif benar-benar dipraktikkan bersama peserta untuk memberikan gambaran nyata kepada guru.

Dengan demikian diharapkan para guru paling tidak dapat meniru untuk kemudian bisa dikembangkan di kelas mereka masing-masing.

Pengertian dan Penerapan Metode Jigsaw


Metode  jigsaw adalah teknik pembelajaran kooperatif di mana siswa, bukan guru, yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam melaksanakan pembelajaran. Tujuan dari jigsaw ini adalah mengembangkan kerja tim, ketrampilan belajar kooperatif, dan menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh apabila mereka mencoba untuk mempelajari semua materi sendirian.

jigsawSetiap siswa yang ada di “kelompok awal” mengkhususkan diri pada satu bagian dari sebuah unit pembelajaran. Para siswa kemudian bertemu dengan anggota kelompok lain yang ditugaskan untuk mengerjakan bagian yang lain, dan setelah menguasai materi lainnya ini mereka akan pulang ke kelompok awal mereka dan menginformasikan materi tersebut ke anggota lainnya.

Semua siswa dalam “kelompok awal” telah membaca materi yang sama dan mereka bertemu serta mendiskusikannya untuk memastikan pemahaman.

Mereka kemudian berpindah ke “kelompok jigsaw” – dimana anggotanya berasal dari kelompok lain yang telah membaca bagian tugas yang berbeda. Dalam kelompok-kelompok ini mereka berbagi pengetahuan dengan anggota kelompok lain dan mempelajari materi-materi yang baru. Baca lebih lanjut

Paket PAKEM Bahasa Indonesia


PAKEM BAHASA INDONESIA

PAKEM BAHASA INDONESIA

Bahasa Indonesia adalah bahasa kita sehari-hari di sekolah. Namun entah mengapa pembelajaran bahasa Indonesia dianggap sulit oleh sebagian besar guru. Apalagi pembelajaran Bahasa Indonesia sekarang lebih menekankan pada 4 keterampilan berbahasa, yaitu: Berbicara, mendengarkan, membaca dan menulis. Bagaimana mengajarkan keterampilan berbicara dan menulis (mengarang)  merupakan hal yang dianggap paling sulit oleh sebagian para guru.

Kami bersedia membantu para guru atau fasilitator untuk memberikan pelatihan Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) pada pelajaran Bahasa Indonesia. Pelatihan ini didesign secara khusus berdasarkan temuan-temuan para guru Bahasa Indonesia yang melakukan proses pembelajaran bertahun-tahun.

Kami akan memberikan materi pelatihan Bahasa Indonesia yang meliputi:

  1. Hakekat Pembelajaran Bahasa Indonesia
  2. Kurikulum Pembelajaran Bahasa Indonesia
  3. Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia
  4. RPP Pakem Bahasa Indonesia
  5. APM Bahasa Indonesia
  6. Pembelajaran Bahasa Indonesia kelas awal
  7. Pembelajaran Bahasa Indonesia kelas tinggi
  8. Bagaimana mengajarkan mengarang
  9. Penilaian pembelajaran Bahasa Indonesia

Program Pelatihan untuk Pelatih/ Fasilitator (TOT)


Kami melayani Pelatihan untuk Pelatih (TOT). Mengapa para pelatih atau fasilitator tetap perlu mengadakan pelatihan?

Dunia pendidikan terus mengalami dinamika yang sangat cepat. Demikian cepat arus perubahan di dunia pendidikan menghendaki para guru untuk juga terus menyesuaikan kompetensinya agar mereka tetap surfive.

PELATIHAN UNTUK PELATIH

PELATIHAN UNTUK PELATIH

Hampir setiap kali terjadi perubahan para guru dilatih tentang materi perubahan itu sendiri. Apakah itu kurikulum, model pembelajaran, mangement, pengelolaan pembelajaran, Teknologi Informasi dan sebagainya.

Namun sayang sekali para penyaji pelatihan selama ini masih banyak hanya sekedar menyampaikan informasi tanpa menghiraukan apakah yang ia sajikan akan tercerna dengan baik atau tidak. Pelatihan yang pasif di mana peserta pelatihan atau guru hanya sebagai pendengar barangkali tidak akan banyak membawa perubahan sesuai dengan tujuan dari perubahan itu sendiri. Para pelatih/ fasilitator hendaknya dibekali berbagai kemampuan tentang teknik-teknis fasilitasi yang efektif dan menyenangkan bagi peserta pelatihan. Dan yang lebih penting  lagi adalah bagaimana seorang fasilitator dapat membawa arus perubahan itu sendiri menjadi sebuah kompetensi bagi para peserta yang dilatih.

Berikut ini kami memberikan solusi untuk mengatasi masalah tersebut dengan melayani Paket Pelatihan untuk pelatih (Training of Trainers). Dalam paket pelatihan ini dikemas dengan mengedepankan prinsip-prnsip pembelajaran orang dewasa dan yang lebih penting lagi adalah mengedepankan contoh-contoh pelatihan dengan berbasis active learning dan Joyfull learning. Nilai plus dari pelatihan yang kami kelola adalah memberikan pengalaman-pengalaman riil sesuai kondisi pelatihan seperti bagaimana caranya agar fasilitator menarik, bagaimana agar fasilitator percaya diri, bagaimana kalau mengatasi peserta pelatihan yang malas atau sulit berkonsentrasi serta segudang pengalaman riil lain yang barangkali tidak dijumpai pada pelatihan-pelatihan lainnya.

Adapun materi untuk TOT adalah sebagai berikut:

  1. Prinsip-prinsip dasar pembelajaran orang dewasa.
  2. Bagaimana fasilitator yang baik itu?
  3. Tips agar fasilitator mempunyai performent yang menarik.
  4. Berbagai jenis ice breaking dan energizer.
  5. Tips agar fasilitator mempunyai Percaya diri yang baik.
  6. Tips agar fasilitator bisa dengan cepat menguasai materi pelatihan baru.
  7. Tips agar fasilitator bisa membuat presentasi yang menarik.
  8. Berbagi pengalaman tentang metode fasilitasi yang mengaktifkan peserta pelatihan.
  9. Tips mengatasi peserta pelatihan yang sulit, seperti: malas, sering minta ijin, suka menyanggah, sering komentar yang aneh, apatis, pemalu, dan berbagai kejadian riil di lapangan.

Lembaga anda menghendaki pelatihan tersebut? Silahkan hubungi kami di email: sunartombs@gmail.com atau silahkan menuliskan komentar anda dalam blok ini. Terima kasih

SEMINAR REGIONAL dengan Jumlah peserta terbesar


Kudus, 26 Maret 2009

Sunarto Fasilitator yang menarikDalam berbagai kunjungan daerah untuk mengisi seminar barang kali di kudus merupakan pengalaman spesial yang kami dapatkan. Pasalnya kali ini peserta seminar seperti halnya pengajian akbar dengan jumlah sekitar 1.200 orang. Para peserta terdiri dari para guru TK, SD, SMP dan SMA/MA di Kabupaten Kudus dan sekitarnya seperti Jepara dan Demak.

Antusiasme peserta seminar sempat membuat khawatir Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Kudus Drs Jatmiko, M.Pd. Pasalnya apakah antusiasme mereka mengikuti seminar adalah gara-gara sertifikasi guru, Jadi mereka datang hanya mencari piagam saja. Ataukah mereka datang ingin mencari pengetahuan baru yang selama ini belum pernah mereka terima. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Kudus mengakui dari banyak seminar yang di laksanakan di daerahnya seminar kali ini mempunyai materi yang berbeda dan sangat di butuhkan oleh para guru pada era saat ini. 

Seminar yang membahas tentang pemanfaatan ICT dalam pembelajaran mengupas berbagai permasalahan sekitar pemanfaatan ICT yang ada disekolah yang selama ini hanya digunakan sebagai alat untuk mengerjakan administrasi guru.

Pelatihan Nasional: Penerapan ICT dalam Pembelajaran


Klaten, 20 Juli 2008,

Bulan Juli barangkali merupakan bulan istimewa bagi provinsi Jawa Tengah utamanya bagi para guru yang ingin mengembangkan pembelajaran dengan ICT. Pada bulan ini workshop ICT tingkat nasional ini dilaksanakan di Klaten dengan peserta dari 7 provinsi, yaitu: Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Banten, Sumatera Utara, DI Aceh, dan Sulawesi Selatan.

NATIONAL ICT WORKSHOP

NATIONAL ICT WORKSHOP

National ICT Workshop kali ini terasa istimewa karena dapat mendatangkan mendatangkan nara sumber langsung Mrs. Mary Burn dari Amarika Serikat.

Dalam kesempatan ini saya juga diberikan kesempatan untuk menyajikan materi  what is CRC. Apakah CRC itu? CRC adalah singkatan dari Cluster Resourse Center atau diterjemahkan dalam bahasa indonesia adalah Pusat Sumber Belajar Gugus (PSBG). Saya menyajikan materi apa dan mengapa perlu PSBG. Selain itu bagaimana optimalisasi PSBG.

Kenapa saya diminta menyajikan materi ini? Ya, dikarenakan saya adalah CRC Coordinator pada DBE 2 di Jawa Tengah.

Adapun agenda National ICT Workshop adalah sebagai berikut:

  Baca lebih lanjut